text generator

Senin, 28 Mei 2012

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SATRIA BHAKTI NGANJUK
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Sekretariat :Jl.Panglima Sudirman VI Nganjuk ,Telp.(0358) 326110
 

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA
I.       DATA UMUM
1.      Nama Kepala Keluarga           :
2.      Alamat / Nomor Telpon          :
3.      Pendidikan Kepala Keluarga  :
4.      Pekerjaan Kepala Keluarga     :
5.      Komposisi Keluarga                :


NO

NAMA

JK
HUBUNGAN
DENGAN KK

UMUR

PENDIDIKAN
STATUS IMUNISASI
POLIO
DPT
HEPATITIS
CAMPAK













































Genogram :






6.      Tipe Keluarga        :
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

7.      Suku bangsa          :
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

8.      Agama                   :
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

9.      Status social ekonomi keluarga :
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
10.  Aktifitas rekreasi keluarga            :
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________


II.    RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
11.  Tahap perkembangan keluarga saat ini
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________


12.  Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

13.  Riwayat keluarga inti
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

14.  Riwayat keluarga sebelumnya
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________


III. LINGKUNGAN
15.  Karakteristik rumah
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Denah rumah










16.  Karakteristik tetangga dan komunitas RW
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

17.  Mobilitas geografis keluarga
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

18.  Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________



19.  Sistem pendukung keluarga
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

IV. STRUKTUR KELUARGA
20.  Pola komunikasi keluarga
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

21.  Struktur kekuatan keluarga
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
22.  Struktur peran (formal & informal)
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
23.  Nilai dan norma keluarga
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

V.    FUNGSI KELUARGA
24.  Fungsi afektif
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

25.  Fungsi social
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

26.  Fungsi perawatan kesehatan
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
27.  Fungsi Reproduksi
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
28.  Fungsi Ekonomi
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA
29.  Stressor jangka pendek dan tangga panjang
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
30.  Kemampuan keluarga berespons terhadap situasi/stressor
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
31.  Strategi koping yang digunakan
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
32.  Strategi adaptasi disfungsional
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________


VII.          PEMERIKSAAN FISIK
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

VIII.       HARAPAN KELUARGA
________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________


















Nganjuk, …………………….. ,2009

NAMA MAHASISWA



(____________________________________)

Lampiran 1
SKALA PRIORITAS PENYUSUNAN
MASALAH KESEHATAN KELUARGA
KRITERIA
NILAI
BOBOT
1.      Sifat Masalah
Skala : ancaman
            Tidak sehat
            Krisis

3
2
1
1
2.      Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : dengan mudah
            Hanya sebagian
             Tidak dapat

2
1
0
2
3.      Potensi masalah untuk dicegah
Skala : tinggi
            cukup
       rendah

3
2
1
1
4.      Meninjolnya masalah
Skala : masalah harus ditangani
      Masalah tidak perlu segara    ditangani
                  Masalah tidak dirasakan

2
1
0
1

Skoring :
1.      Tentukan skore untuk setiap kriteria
2.      Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

   Skore     X      Bobot
                                                     Angka tertinggi
3.      Jumlah skore untuk semua kriteria







Rabu, 18 April 2012

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN ASMA


LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN ASMA









DISUSUN OLEH :
nama   :  Agus Riyanto
NIM     : 09110051
Program studi : Sarjana Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SATRIA BHAKTI NGANJUK
Jl. Panglima Sudirman VI Nganjuk Telp. (0358) 326110
2011/2012
LAPORAN PENDAHULUAN


I.                    MASALAH UTAMA
Pola napas tidak efektif  berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, peningkatan kerja napas.

II.                  PROSES TERJADINYA MASALAH
A.      Pengertian
Asma adalah penyakit obtriktif yang dapat pulih yang dicirikan peningkatan reaktifitas trakea dan bronkus terhadap rangsangan,  dimanifestasikan oleh mengi, dan didispnea penyempitan kombinasi bronkospasme, pembengkakan mukosa, dan peningkatan sekresi (susan martin tucker,1998)
B.      ETIOLOGI
Belum diketahui secara jelasfaktor pencetusnya (menurut dr. muhiman, 1998) adalah:
Reaksi Alergi (Reves, 2000)
Terhadap debu, asap, Produk  pembersih,bau, udara dingin,ispa, dan stres.
Keturunan (Reves, 2000)
infeksi bakteri  atau virus pada saluran pernapasan. kondisi yang memburuk  keadaan klinis pada penderita yang lama adalah:
·         Penghentian pemakaian obat-obatan bronkodilator secara mendadak
·         pemakaian bronkodilator yang tidak benar
·         pemakaian sedative yang berlebihan
C.      TANDA DAN GEJALA (NELSON, MD 2000)
D.      Cold dengan rhinorrea disertai : irritabilitas, batuk, takipnea, mengi
a.       Distress respirasi pada waktu atau segera sesudah makan
b.      Kelainan rontgenogram
c.       Jalan obroktif pada usia awal (30% < 1 tahun dan 50-55% < 2 tahun)
d.      Kelenjar mukosa hiperplasia
e.      Penyempiten jalan napas
f.        Kurangnya kelenturan statis paru
g.       Kerangka iga lentur
h.      kurangnya jumlah serabut otot
i.         kurangnya ventilasi kolaterol
D. PATOFISIOLOGI
Alergen yang masuk kedalam tubuh merangsang sel plasma menghasilkan ig E yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel mast. sel mast ini disebut sel  mast tersentisisasi.
Bila alergen serupa masuk kedalam tubuh, maka alergen  tersen mengeluarkan sel pada sel mast tersentisisasi yang kemudian mengalami degranulasi dan mengeluarkan sejumlah mediator  seperti histamine, leokotrin dan faktor pengaktifasi platelet, bradikinin, dll
mediator ini menyebabkan permeabilitas kapiler sehingga  timbul edema, peningkatan produksi mulus dan kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persyaratan simpatis.















                                                                   Pencetus (alergen)

                                                                  Bronkhokonstriksi,edema mukosa
                                                                                Sekresi <<<

                                                                   Obstruksi jalan nafas              bersihan  jalan nafas tak efektif

                                                                   Ventilasi tak seragam

      Ateletaksis                                     Ventilasi,perfusi tak padu padan            hiperinflasi paru
 

  penurunan surfaktan                            Hipoventilasi alveolar                           gangguan compliance

vaso konstriksi pulmonal                     Peningkatan PCO2/                        peningkatan kerja napas

Penurunan PO2
                                                                                                                   Hiperventilasi
        Asidosis                                                          `Dyspnea

                                                                                                Ansietas                                  tachicardi
. gangguan pertukaran gas
resiko terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


E.       Manifestasi klinis
Pada anak yang rentan, inflamsi disaluran napas ini dapat menimbulkan adanya mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam hari atau pada dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun bervariasi yang sebagian besar bersifat reversible baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala dab serangan asma biasanya timbul bila klien terpapar  faktor pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual.
a.       klasifikasi asma
menurut GINA (Global inisiatif for asma) dan Heru Sundaru, 2000 adalah:
1.       asma intermitten
Gejala klinis: kambuhan <1-2x seminggu, gejala asma malam hari  < 2x sebulan, eksaserbasi dapat menganggu aktifitas tidur
2.       Asma persisten ringan
Gejala klinis : kambuhan 1-2x seminggu, tetapi < 1x1 hari, gejala asma malam hari > 2x sebulan, eksaserbasi dapat menganggu aktifitas tidur.
3.       Asma persisten sedang
gejala klinis : setiap hari sesak napas atau kambuh,  gejala asma malam hari > 1x seminggu eksaserbasi  dapat mengganggu aktifitas tidur.
4.       Asma persisten berat
Gejala klinis : kambuhan sering, gejala sesak terus-menerus, gejala sesak malam sering, aktifitas fisik terbatas karena asma.

b.      Potensi komplikasi yaitu :
1.       edema pulmoner
2.       gagal pernapasan
3.       status asmatikus
4.       pneumonia
c.       Pemeriksaan penunjang
1.       Darah tepi dan sekret hidung : IgE total dapat meningkat
2.       AGD : CO2 meningkat ( Asidosis respiratorik)
3.       Uji fungsi paru : PEFR atau FEVI menurun  ( ada obtruksi )
4.       Rongen thorax : emfisema paru, komplikasi ( atelektaksis, pneomotorak )
5.       EKG : Pada klien dengan status asmatikus yang berat mungkin memperlihatkan gambaran perubahan-perubahan pada jantung kanan.
6.       Elektrolit : perubahan kadar kalium dalam darah mungkin terjadi akibat terapi kortikosteroid atau perubahan-perubahan ventilasi yang perlu dikoreksi.


F.       PENATALAKSAAN

1.    Medik
Serangan asma ringan biasanya cukup diobati dengan bronkodilator oral atau aerosol,  bahkan yang ringan tidak memerlukan pengobatan
 bronkodilatoraerosol.

Pada serangan asma yang akut yang tidak diperlukan kortikosteroid, sedangkan pada serangan ringan kronik atau serangan ringan sedang perlu tambahan kortikosteroid disamping bronkodilator dan juga diperlukan pemasangan oksigen.

serangan asma yang berat bila gagal dengan bronkodilator aerosol  atau subcutan dan kortikosteroid perlu theofisinum ( theofilin ) intravena dan koreksi penyimpangan asma basa serta elektrolit oksigen sangatlah penting untuk klien ini keadaan klien yang demikian ini memerlukan perawatan dirumah sakit.
-       Penanggulangan Asma :
a.    Oksigen
b.    Periksa keadaan gas darah dan pasang IVSD (infus) dengan cairan 3:1, glukosa 10% dan Nacl 0,9%+kcl mEql kolf
-          Koreksi kekurangan cairan
-          Koreksi penyimpangan asam basa
-          Koreksi penyimpangan elektrolit
c.     Thofilin yang sudah diberikan diteruskan. ukur kadar thofilin dalam darah, pantau tanda-tanda keracunan thofilin. bila tanda keracunan tidak ada dan keadaan serangan  asama belum membaik, mungkin perlu ditambah thofilin.
d.    Kortikosteroid dilanjutkan, jika belum diberi harus diberikan, lebih baik diberikan intravena, karena status asmatikus sangat diperlukan untuk mempercepat hilangnya edema dan mengembalikan sensitifitas terhadap obat-obat bronkodilator.
e.    Periksa foto thorax
f.     Lakukan pemeriksaan EKG
g.    Cegah timbulnya stress
Pantau TTV secara teratur agar bila terjadi kegagalan pernapasan dapat segera ditolong, bila perlu dirawat di ICU.


2.    KEPERAWATAN
Perawatan klien dengan asma ditujukan apabila:
a.    Klien tidak sedang mendapat serangan asma
Perawatan pada klien ini ditujukan untuk mencegah timbulnya serangan asma dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada klien maupun keluarganya. mencegah timbulnya serangan asma tersebut dengan menghindari faktor pencetusnya.
Pendidikan yang dapat diberikan kepada klien dan keluarganya meliputi:
1.       Klien dan keluarga harus mengenal tanda-tanda  terjadinya asma.
2.       Cara memberikan obat bronkodilator sebagai pencegahan bila dirasa akan mengalami serangan asma.
3.       mencegah serangan asma dengan menghilangkan faktor pencetus, misalnya debu, bau yang merangsang,dll.
4.       kepada klien maupun keluarga perlu diberi penjelasan tentang pentingnya selalu menyediakan obat untuk pencegahan maupun untuk serangan.

b.    Klien sedang mendapat serangan asma
Bila klien mendapat serangan asma, masalah yang perlu diperhatikan pada saat serangan adalah:
1.       Klien menderita kesulitan bernapas
2.       Gangguan rasa nyaman




KONSEP KEPERAWATAN

1.             Pengkajian
a.    Identitas
Asma biasanya terjadi pada umur kurang dari 10 tahun dan umur lebih dari 45 tahun. asma sering terjadi pada wanita.
b.      keluhan utama
pasien berkata sesak napas
c.       riwayat penyakit sekarang
klien dengan serangan asma datang dengan keluhan sesak napas,kemudian diikuti dengan gejala lain yaitu: wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan.
d.      riwayat penyakit dahulu
penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran napas atas, sakit tenggorokan, amandel, polip hidung.
e.      riwayat kesehatan keluarga
pada klien dengan serangan asma,perlu dikaji tentang penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas . pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan.
f.        riwayat psikososial
Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asthma baik ganguan itu berasal dari  rumah tangga, lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja. Seorang yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi serangan asthma.
g.       pola fungsi kesehatan
1.       Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat
Gejala asthma dapat membatasi manusia untuk berprilaku hidup normal sehingga klien dengan asthma harus merubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi serangan asthma.
2.       Pola nutrisi dan metabolisme
Perlu dikaji tentang status nutrisi klien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Serta pada klien sesak, potensial sekali terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal ini karena dipsnea saat makan, laju metabolisme  serta ansietas yang dialami klien
3.       Pola eliminasi
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna bentuk, kosentrasi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam melaksanakannya.
4.       Pola tidur dan istirahat
Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat  klien meliputi berapa lama klien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien. Adanya wheezing, sesak dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien.
5.       Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji tentang aktifitas  keseharian klien seperti olah raga, bekerja dan aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya asthma yang disebut dengan Exerase Induced Asthma.
6.       Pola hubungan dan peran
Gejala asthma sangat membatasi gejala klien untuk menjalani kehidupan secara normal. Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien baik dilingkungan rumah tangga, masyarakat ataupun lingkungan kerja.
7.       Pola persepsi dan konsep diri
Perlu dikaji tentang persepsi klien tarhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapt menghambat respon kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga akan menjadi stresor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang ada pada kehidupan klien dengan asthma meningkatkan kemungkinan serangan asthma yang  berulang.
8.       Pola penangulangan stress
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan asthma maka perlu dikaji penyebab terjadinya stres. Frekuensi dan pengaruh terhadap kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stresor.
9.       Pola tata nilai dan kepercayaan
Kedekatan klien pada sesuatu yang ia yakini dunia percayai dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pendekatan diri pada Nya merupakan metode penanggulangan stres yang konstruktif.
h.      Pemeriksaan Fisik
a.      status kesehatan umum
perlu dikaji  tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi, pernapasan yang meningkat.
b.      Integumen
dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,kelembaban, mengelupas atau bersisik.
c.       Kepala
      dikaji tentang bentuk kepala, simetris, adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing.
d.      Mata
adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stress yang dirasakan klien.
e.      hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis alergi dan fungsi olfaktori
f.        mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara.
g.       leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid serta penggunaan otot-otot pernafasan
h.  thorak
1.  inspeksi
                 Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan
2.       palpasi
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus
3.       perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
4.       auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
i.         kardiovaskuler
Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak,    bising nafas dan hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta adanya pulsus paradoksus
j.        abdomen
Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat merangsang serangan asthma frekwensi pernafasan, serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi
k.       ekstrimitas
Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas karena dapat merangsang serangan asthma.

I.                    Analisa data
NO
Data penunjang
Etilogi
masalah
1
DS : klien mengeluh sesak nafas, batuk-batuk, sekret susah keluar.
DO : - RR : 30x /menit
- wheezing

Peningkatan kerja napas (bronkospasme)
Pola napas tak efektif




II.                  INTERVENSI
Tgl
No. Dx
Tujuan
Intervensi
Rasional

a.     Pola napas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, peningkatan kerja napas

1.       menunjukkan pola napas efektif dengan frekuensi kedalam, dalam rentang normal.
2.       berpartisipasi dalam aktifitas atau perilaku meningkatkan fungsi paru.

1.    Auskultasi bunyi nafas, catatadanya bunyi nafas, mengi
2.    Kaji / pantau frekuensipernafasan, catat rasio inspirasi /ekspirasi.
3.    Tempatkan posisi yang nyamanpada pasien, contoh :meninggikan kepala tempat tidur,duduk pada sandara tempat tidur.
4.    pertahankan polusi lingkungan minimum, misal debu,asap,dll.
5.    observasi tanda-tanda vital klien.
1.    Beberapa derajat spasmebronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan
Adanya nafas advertisius.
2.    Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaanatau selama stress/ adanya proses infeksi akut.
3.    Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi.
4.    Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentriger
episode akut.
5.    mengetahui perkembangan pasien.